PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
Oleh : Dian Kartika Dewi, S.Pd.CGP Angkatan 3 Kabupaten Lampung Selatan
Fasilitator : Dra. Wiwi Parluki, M.Pd.
Pendamping Praktik : Kesi Meirawati, S.Pd.
“Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best”.
(Bob Talbert)
(Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik)
Kutipan diatas memiliki makna bahwa mengajarkan anak-anak
berhitung adalah sesuatu hal yang baik namun hal yang paling utama dari
berhitung adalah agar mereka dapat memahami untuk apa mereka belajar berhitung,
bukan sekadar mereka memahami angka atau mengoperasikan angka tapi bagaimana
mereka mengerti tentang keterampilan hidup dari proses menghitung tersebut.
Yang sering kali dilupakan orang tua dan guru adalah fokus pada kemahiran anak
memahami angka dan menghitung sejak usia dini namun lupa mengajarkan mereka
tentang fungsi dari menghitung sesuatu, memperkenalkan secara nyata tentang
berhitung itu seperti apa dan nilai-nilai apa yang perlu dikembangkan
pada saat proses berhitung tersebut. Menghitung bukan sekedar keterampilan
mengoperasikan angka tapi juga didalamnya ada keterampilan hidup berupa nilai,
prinsip dan kode etik hidup yang harus diajarkan secara beriringan.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu memiliki peran penting dalam memberikan pemahaman kepada orang tua maupun murid tentang menghitung yang sesungguhnya itu seperti apa atau mengaitkan sesuatu materi bukan sekedar memahami secara konsep tapi juga aplikasinya dalam kehidupan nyata. Sehingga sebagai seorang pendidik juga harus mampu beri teladan yang baik bagi murid nya, sehingga dampaknya dapat lebih terasa bagi murid yang diajarnya pada kehidupan nyata.
Guru Penggerak merupakan rangkaian kebijakan Merdeka Belajar yang diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan dijalankan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK). Program Guru Penggerak ini bertujuan untuk menyiapkan para pemimpin pendidikan Indonesia masa depan, mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan guru di sekitarnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
Pada saat sekarang ini Pendidikan
Guru Penggerak yang sedang kami jalani sudah berada pada modul 3.1. Pada
program guru penggerak ini, kami sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) belajar
modul kepemimpinan salah satunya bagaimana mengambil keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. Modul ini mempelajari bagaimana cara kami nanti mengambil sebuah
keputusan sebagai seorang pemimpin. Pada modul ini kami sebagai CGP diminta
untuk membuat koneksi antar materi dari semua materi yang sudah di
pelajari sampai saat ini.
Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Pratap Triloka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan sembobayan:
Ø Ing ngarsa sung tuladha, didepan memberikan teladan
Ø Ing madya mangun karsa, ditengah membangkitkan semangat
Ø Tut wuri handayani, dibelakang memberikan dorongan
Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menerapkan Pratap
Triloka dalam lingkungan belajar, dimana sebagai penuntun bagi murid guru harus
hadir sebagai teladan, sebagai pembangkit semangat dan memberikan dorongan bagi
murid yang membutuhkannya. Dengan menerapkan dan menghidupi Pratap Triloka akan
menjadi dasar/landasan bagi guru untuk mengambil keputusan terbaik yang
berpihak pada murid dan
menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4
paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan serta
mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif, nyaman dan menyenangkan,
sehingga dapat terwujudnya merdeka belajar
Nilai-nilai
yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita
ambil dalam pengambilan suatu keputusan
Sebagai pendidik tentunya kita memiliki nilai- nilai yang tertanam
dalam diri kita yang kita yakini dan menjadi dasar dalam hidup. Terutama
setelah mengikuti program guru penggerak, kita kembali berefleksi dimana
nilai-nilai yang kita miliki dan sudah ada sebelumnya semakin diperkuat
(recharged). Nilai-nilai tersebut adalah mandiri, reflektif, kolaboratif,
inovatif dan berpihak pada murid. Pada prosesnya “menuntun” anak
akan diberi kebebasan namun guru sebagai pamong dalam memberi tuntunan
dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahanyakan dirinya. Seorang
pamong dapat memberikan tuntunan agar anak menemukan kemerdekaan dalam
yang akan berdampak keputusan yang tepat dan bertanggung
jawab. Guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu pernah mengalam idilema etika
atau bujukan moral pada sebuah keputusan yang diambil saat menangani kasus
murid atau rekan sejawat komunitas di sekolah, dengan
mempertimbangan nilai benar vs benar (situasi yang terjadi ketika seseorang
harus memilih antara dua pilihan diamana dua pilihan itu secara moral benar
tetapi bertentangan), benar vs salah (seseorang membuat keputusan antara benar
atau salah)
Kegiatan terbimbing yang kita lakukan
pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching'
(bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses
pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah
kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif
Dalam aspek pembelajaran di kelas guru sebagai agen perubahan
harus bisa mengetahui kebutuhan belajar murid sekaligus memberi contoh yang
baik bagi siswa memahami karakter belajar siswa serta kondisi sosial emosional
sebagai pemimpin pembelajaran di kelas. Dalam hal ini juga untuk terciptanya
profil pelajar pancasila siswa harus bisa menyelesaiakan sendiri persoalan
belajarnya di kelas yang merupakan dilema bagi mereka, dan disinilah pentingnya
pendekatan coaching, dimana guru sebagai coach memberi pertanyaan pemantik yang
akan dijawab oleh siswa untuk menyelesaikan sendiri setiap persoalan yang
dilaminya terutama yang merupakan dilema baginya. Guru sebagai pemimpin
pembelajaran selalu bersedia meluangkan waktu jika siswa membutuhkan, atau jika
melihat ada perubahan belajar yang menurun pada siswa. Komunikasi yang baik
antara coach dan coachee akan mampu melahirkan sebuah solusi yang lahir dari
hasil penggalian potensi diri murid dengan harapan coaching dapat mengatasai
masalah belajar siswa.
Kemampuan guru dalam mengelolah dan menyadari aspek sosial
emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
Seorang pendidik harus bisa melihat persoalan tersebut apakah
merupakan dilema etika atau bujukan moral. Nilai-nilai yang akan diambil pun merupakan
nilai yang merupakan proses kegiatan yang merupakan titik temunya adalah sebagai
pemimpin pembelajaran tetap dengan berbagai cara akan menuntun murid tersebut ke
arah yang lebih baik dalam mengambil keputusan dan keputusan yang di ambil
adalah keputusan yang bertanggng jawab. Aspek sosial emosional juga mempunyai
peranan yang penting dalam mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan.
Sehingga Pemimpin
pembelajaran dalam hal ini seorang guru tentu harus pula lebih dulu menerapkan
nilai dan berpikiran luas dalam melihat sesuatu khususnya sudut pandang
berpikirnya dalam menyelesaikan masalah.
Bagaimana
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Sehingga dengan nilai- nilai dari seorang pendidik tersebut, yang
merupakan landasan pemikiran yang dimiliki akan cendrung pada prinsip-prinsip melakukan
demi kebaikan orang banyak, menjunjung tinggi prinsip- prinsip atau nilai-
nilai dala diri kita dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan
lakukan kepada diri kita. Maka seorang pendidik akan dapat mengambil sebuah
keptusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan
dan pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan yang terjadi.
Dampak pengambilan
keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman
Pengambilan keputusan yang tepat
akan menghasilkan suatu perubahan terhadap sekolah ke arah yang lebih baik,
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. namun
sebaliknya pengambilan keputusan yang salah akan berdampak buruk pada sekolah
itu sendiri. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita sering dihadapkan
pada situasi di mana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, namun terkadang
dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi dilema kita masih kesulitan
misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan,
pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih berwenang, dan meyakinkan
orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang
serta adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar. Dilema
etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus
memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi
bertentangan, sedangkan bujukan moral merupakan situasi yang
terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.
Secara umum ada pola, model, atau
paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan
seperti di bawah ini:
- Individu lawan masyarakat (individual
vs community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice
vs mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth
vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangka
panjang (short term vs long term)
Tiga prinsip ini yang seringkali
membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang
harus dihadapi pada saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut
adalah:
- Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based
Thinking)
- Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking)
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking)
Ada 9 langkah yang
dapat
di lakukan
dalam mengambil keputusan
1. Mengenali nilai-nilai
yang
saling bertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi
ini
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi
ini.
4. Pengujian benar atau salah
5. Pengujian Paradigma Benar
lawan
Benar
6. Melakukan Prinsip Resolusi
7. Investigasi
Opsi Trilema
8. Buat Keputusan
9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Apakah
kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan
pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali
ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Sebagai
pemimpin pembelajaran dalam hal ini sebagai seorang guru, untuk mengambil suatu
keputusan tidak akan lepas dari dilema etika dan bujukan moral. Dimana dilema
etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua
pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Namun pada
kenyataannya terkadang kita susah membedakan antara situasi dilema etika dan
bujukan moral, misalnya saja kasus mencontek sudah pasti merupakan tindakan
salah.meskipun tujuannya untuk mendapatkan nilai yang baik.
Ketika kita
menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang
bertentangan sehingga kita perlu memperhatikan terkait 4 paradigma pengambilan
keputusan, 3 prinsip dalam dilema etika, dan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan agar keputusan yang diambil akan lebih efektif, bijaksana
dan mengakomudasi kepentingan banyak orang atau kesulitan yang dialami dapat
teratasi dalam mengambil keputusan terkait dengan dilema etika,
Apakah pengaruh
pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan
murid-murid kita?
Dalam mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4
paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan seperti
apa yang telah dijelaskan pada modul 3.1, maka keputusan yang kita ambil akan
berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah
dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, sehingga dengan
keselamatan dan kebahagiaan yang didapatkan oleh murid karena keputusan yang
kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran, maka kita telah mampu memerdekakan
mereka dalam belajar dan mencapai keselamatan dan kebahagian bagi mereka.
Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Untuk mengambil
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan
kebutuhan belajar murid. Dengan keputusan yang kita ambil sudah
mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid dapat menggali potensi yang ada
dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan
pembelajaran yang sesuai denga kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan
potensi yang dimiliki. Sehingga dengan memperhatikan kesemua itu dalam
mengambil keputusan maka keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan
dari murid di masa depannya nanti.
Kesimpulan
Seorang pemimpin pembelajaran diharapkan mampu melakukan
pengambilan keputusan berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran, mampu
menyadari dan menggunakan prinsip moral dalam melakukan pengambilan keputusan
dan mampu menerapkan strategi untuk menghindari adanya isu kode etik
kepemimpinan sekolah dan konflik kepentingan. Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya merupakan
suatu tidak terpisahkan untuk mencapai kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki
Hajar Dewantara dalam menuntut segala proses dan kodrat atau potensi siswa
untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya
sendiri, sekolah maupun masyarakat. Selain itu juga dimana proses
pembelajaran dari seorang pendidik harus bisa melihat kebutuhan belajar pada
siswa serta mengelolah kompetensi sosial emosional dalam mengambil sebuah
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pendekatan Coaching juga merupakan
salah satu pendekatan yang membantu siswa dalam mencari solusi atas
masalahnya sendiri dan hal inilah yang merupakan salah satu trik sebagai
seorang pendidik bisa mengetahui permasalahan yang dialami oleh siswa lewat
pertanyaan-pemantik saat coaching. Sebagai seorang guru penggerak juga harus
mengetahui permasalahan yang dialami oleh rekan sejawat dalam proses
pembelajaran dan coahing dapat menemukan jawaban atas setiap pertanyaan untuk
menemukan solusi maka terciptalah budaya postif pada lingkungan belajar di
sekolah dan komunitas praktisi. Para pendidik yang mampu membuat keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran merupakan cita-cita guru masa depan, dan proses
pengambilan keptusan berdasrakan dilema etika
Saya sangat sependapat dengan Bu Dian, bahwa Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Dengan keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai denga kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Terimakasih Bu Dian atas informasi yang di sampaikan, ini sangat memberikan manfaat yang banyak untuk kami selaku pendidik. Semoga pendidikan di masa sekarang dan yang akan datang dapat pulih dan lebih maju lagi... Semangat untuk kita semua para pejuang pendidikan.
BalasHapus