3.1.a.9. Koneksi Antar materi _ Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN



Oleh : Dian Kartika Dewi, S.Pd.
CGP Angkatan 3  
Kabupaten Lampung Selatan

Fasilitator : Dra. Wiwi Parluki, M.Pd.
Pendamping Praktik : Kesi Meirawati, S.Pd.


“Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best”.

(Bob Talbert)

(Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik)

 

Kutipan diatas memiliki makna bahwa mengajarkan anak-anak berhitung adalah sesuatu hal yang baik namun hal yang paling utama dari berhitung adalah agar mereka dapat memahami untuk apa mereka belajar berhitung, bukan sekadar mereka memahami angka atau mengoperasikan angka tapi bagaimana mereka mengerti tentang keterampilan hidup dari proses menghitung tersebut. Yang sering kali dilupakan orang tua dan guru adalah fokus pada kemahiran anak memahami angka dan menghitung sejak usia dini namun lupa mengajarkan mereka tentang fungsi dari menghitung sesuatu, memperkenalkan secara nyata tentang berhitung itu seperti apa dan nilai-nilai apa yang perlu  dikembangkan pada saat proses berhitung tersebut. Menghitung bukan sekedar keterampilan mengoperasikan angka tapi juga didalamnya ada keterampilan hidup berupa nilai, prinsip dan kode etik hidup yang harus diajarkan secara beriringan.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu memiliki peran penting dalam memberikan pemahaman kepada orang tua maupun murid tentang menghitung yang sesungguhnya itu seperti apa atau mengaitkan sesuatu materi bukan sekedar memahami secara konsep tapi juga aplikasinya dalam kehidupan nyata. Sehingga sebagai seorang pendidik juga harus mampu beri teladan yang baik bagi murid nya, sehingga dampaknya dapat lebih terasa bagi murid yang diajarnya pada kehidupan nyata.


Guru Penggerak merupakan rangkaian kebijakan Merdeka Belajar yang diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan dijalankan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK). Program Guru Penggerak ini bertujuan untuk menyiapkan para pemimpin pendidikan Indonesia masa depan, mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan guru di sekitarnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.

Pada saat sekarang ini Pendidikan Guru Penggerak yang sedang kami jalani sudah berada pada modul 3.1.  Pada program guru penggerak ini, kami sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) belajar modul kepemimpinan salah satunya bagaimana mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Modul ini mempelajari bagaimana cara kami nanti mengambil sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin. Pada modul ini kami sebagai CGP diminta untuk membuat koneksi antar materi dari semua materi yang  sudah di pelajari sampai saat ini.


Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Pratap Triloka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yang terkenal  dengan sembobayan:

Ø  Ing ngarsa sung tuladha, didepan memberikan teladan

Ø  Ing madya mangun karsa, ditengah membangkitkan semangat

Ø Tut wuri handayani, dibelakang memberikan dorongan

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menerapkan Pratap Triloka dalam lingkungan belajar, dimana sebagai penuntun bagi murid guru harus hadir sebagai teladan, sebagai pembangkit semangat dan memberikan dorongan bagi murid yang membutuhkannya. Dengan menerapkan dan menghidupi Pratap Triloka akan menjadi dasar/landasan bagi guru untuk mengambil keputusan terbaik yang berpihak pada murid dan menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan serta mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif, nyaman dan menyenangkan, sehingga dapat terwujudnya merdeka belajar

 

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan


Sebagai pendidik tentunya kita memiliki nilai- nilai yang tertanam dalam diri kita yang kita yakini dan menjadi dasar dalam hidup. Terutama setelah mengikuti program guru penggerak, kita kembali berefleksi dimana nilai-nilai yang kita miliki dan sudah ada sebelumnya semakin diperkuat (recharged). Nilai-nilai tersebut adalah mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Pada prosesnya “menuntun” anak akan diberi kebebasan  namun guru sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahanyakan dirinya. Seorang pamong dapat memberikan tuntunan  agar anak menemukan kemerdekaan dalam  yang akan berdampak  keputusan yang tepat  dan bertanggung jawab. Guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu pernah mengalam idilema etika atau bujukan moral pada sebuah keputusan yang diambil saat menangani kasus murid  atau rekan sejawat  komunitas di sekolah, dengan mempertimbangan nilai benar vs benar (situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan diamana dua pilihan itu secara moral benar tetapi bertentangan), benar vs salah (seseorang membuat keputusan antara benar atau salah)

 

Kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif


Dalam aspek pembelajaran di kelas guru sebagai agen perubahan harus bisa mengetahui kebutuhan belajar murid sekaligus memberi contoh yang baik bagi siswa memahami karakter belajar siswa serta kondisi sosial emosional sebagai pemimpin pembelajaran di kelas. Dalam hal ini juga untuk terciptanya profil pelajar pancasila siswa harus bisa menyelesaiakan sendiri persoalan belajarnya di kelas yang merupakan dilema bagi mereka, dan disinilah pentingnya pendekatan coaching, dimana guru sebagai coach memberi pertanyaan pemantik yang akan dijawab oleh siswa untuk menyelesaikan sendiri setiap persoalan yang dilaminya terutama yang merupakan dilema baginya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran selalu bersedia meluangkan waktu jika siswa membutuhkan, atau jika melihat ada perubahan belajar yang menurun pada siswa. Komunikasi yang baik antara coach dan coachee akan mampu melahirkan sebuah solusi yang lahir dari hasil penggalian potensi diri murid dengan harapan coaching dapat mengatasai masalah belajar siswa.


Kemampuan guru dalam mengelolah dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan

Seorang pendidik harus bisa melihat persoalan tersebut apakah merupakan dilema etika atau bujukan moral. Nilai-nilai yang akan diambil pun merupakan nilai yang merupakan proses kegiatan yang merupakan titik temunya adalah sebagai pemimpin pembelajaran tetap dengan berbagai cara akan menuntun murid tersebut ke arah yang lebih baik dalam mengambil keputusan dan keputusan yang di ambil adalah keputusan yang bertanggng jawab. Aspek sosial emosional juga mempunyai peranan yang penting dalam mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Sehingga Pemimpin pembelajaran dalam hal ini seorang guru tentu harus pula lebih dulu menerapkan nilai dan berpikiran luas dalam melihat sesuatu khususnya sudut pandang berpikirnya dalam menyelesaikan masalah.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?


Sebagai pemimpin pembelajaran seorang penddik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi , apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika maupun bujukan moral. Dengan nilai-nilai yang dimiliki seseorang pendidik tersebut, baik nilai mandiri ,inovatif, kolaboratif, reflektif seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi orang lain. 

Sehingga dengan nilai- nilai dari seorang pendidik tersebut, yang merupakan landasan pemikiran yang dimiliki akan cendrung pada prinsip-prinsip melakukan demi kebaikan orang banyak, menjunjung tinggi prinsip- prinsip atau nilai- nilai dala diri kita dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan lakukan kepada diri kita. Maka seorang pendidik akan dapat mengambil sebuah keptusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan yang terjadi.


Dampak pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman

Pengambilan keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap sekolah ke arah yang lebih baik, terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. namun sebaliknya pengambilan keputusan yang salah akan berdampak buruk pada sekolah itu sendiri. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita sering dihadapkan pada situasi di mana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi dilema kita masih kesulitan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih berwenang, dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang serta  adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar. Dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan, sedangkan bujukan moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

  • Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  • Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term)

Tiga prinsip ini yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Ada 9 langkah yang dapat di lakukan dalam mengambil keputusan

1.      Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

2.      Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3.      Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4.      Pengujian benar atau salah

5.      Pengujian Paradigma Benar lawan Benar

6.      Melakukan Prinsip Resolusi

7.      Investigasi Opsi Trilema

8.      Buat Keputusan

9.      Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan


Apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Sebagai pemimpin pembelajaran dalam hal ini sebagai seorang guru, untuk mengambil suatu keputusan tidak akan lepas dari dilema etika dan bujukan moral. Dimana dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Namun pada kenyataannya terkadang kita susah membedakan antara situasi dilema etika dan bujukan moral, misalnya saja kasus mencontek sudah pasti merupakan tindakan salah.meskipun tujuannya untuk mendapatkan nilai yang baik.

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan sehingga kita perlu memperhatikan terkait 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip dalam dilema etika, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar keputusan yang diambil akan lebih efektif, bijaksana dan mengakomudasi kepentingan banyak orang atau kesulitan yang dialami dapat teratasi dalam mengambil keputusan terkait dengan dilema etika,


Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Dalam mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan seperti apa yang telah dijelaskan pada modul 3.1, maka keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, sehingga dengan keselamatan dan kebahagiaan yang didapatkan oleh murid karena keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran, maka kita telah mampu memerdekakan mereka dalam belajar dan mencapai keselamatan dan kebahagian bagi mereka.


Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Dengan keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai denga kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Sehingga dengan memperhatikan kesemua itu dalam mengambil keputusan maka keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti.



Kesimpulan 

Seorang pemimpin pembelajaran diharapkan mampu melakukan pengambilan keputusan berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran, mampu menyadari dan menggunakan prinsip moral dalam melakukan pengambilan keputusan dan mampu menerapkan strategi untuk menghindari adanya isu kode etik kepemimpinan sekolah dan konflik kepentingan. Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya merupakan suatu tidak terpisahkan untuk mencapai kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki Hajar Dewantara dalam menuntut segala proses dan kodrat atau potensi siswa untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya  sendiri, sekolah maupun masyarakat. Selain itu juga dimana proses pembelajaran dari seorang pendidik harus bisa melihat kebutuhan belajar pada siswa serta mengelolah kompetensi sosial emosional dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pendekatan Coaching juga merupakan salah satu pendekatan yang  membantu siswa dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri dan hal inilah yang merupakan salah satu trik sebagai seorang pendidik bisa mengetahui permasalahan yang dialami oleh siswa lewat pertanyaan-pemantik saat coaching. Sebagai seorang guru penggerak juga harus mengetahui permasalahan yang dialami oleh rekan sejawat dalam proses pembelajaran dan coahing dapat menemukan jawaban atas setiap pertanyaan untuk menemukan solusi maka terciptalah budaya postif pada lingkungan belajar di sekolah dan komunitas praktisi. Para pendidik yang mampu membuat keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan cita-cita guru masa depan, dan proses pengambilan keptusan berdasrakan dilema etika




SALAM GURU PENGGERAK
GURU BERGERAK INDONESIA MAJU                        

Komentar

  1. Saya sangat sependapat dengan Bu Dian, bahwa Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Dengan keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai denga kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Terimakasih Bu Dian atas informasi yang di sampaikan, ini sangat memberikan manfaat yang banyak untuk kami selaku pendidik. Semoga pendidikan di masa sekarang dan yang akan datang dapat pulih dan lebih maju lagi... Semangat untuk kita semua para pejuang pendidikan.

    BalasHapus

Posting Komentar